Suzuki dirumorkan bakal mundur dari ajang MotoGP pada akhir musim ini, tak sampai dua tahun setelah mereka jadi juara dunia. Kabarnya kondisi keuangan jadi penyebab Suzuki angkat kaki. Gagal jualan?
Sejatinya hingga kini belum ada konfirmasi dari Suzuki soal keputusan mundur di akhir musim 2022. Namun rumor tersebut sudah terlanjur beredar luas, malah beberapa pihak bahkan meyakini itu tak lagi sebatas rumor.
Keputusan Suzuki mundur tentu saja mengejutkan. Bukan semata karena baru dua musim lalu mereka jadi juara dunia, penampilan duo ridernya sejauh musim ini berjalan tak bisa dibilang jelek.
Kolumnis sekaligus reporter MotoGP Simon Patterson, dalam tulisannya di The Race, menyebut ada gap antara keberhasilan menjadi juara dunia MotoGP dengan strategi pemasaran dan hasil penjualan di seluruh dunia.
Sekitar 20 tahun lalu, keberhasilan menjadi juara dunia MotoGP akan berbanding lurus dengan penjualan motor-motor performa tinggi, terutama di Eropa dan Amerika Utara. Bahkan ada istilah 'win on Sunday, sell on Monday' (menang di hari minggu, jualan di hari senin).
Alex Rins menunggangi Suzuki (Foto: Getty Images/Mirco Lazzari gp) |
Namun dalam dua dekade terakhir penjualan motor performa tinggi mengalami penurunan, mulai dari Jepang dan Eropa. Selain itu pasar juga mengalami perubahan minat, di mana motor-motor adventure kini lebih digemari dan lebih laris.
"Hari-hari tersebut sudah berlalu, di mana Honda Fireblades dan Suzuki GSX-Rs adalah motor paling laku di Inggris Raya, misalnya. Itu sudah lama diambil alih oleh motor touring seperti BMW GS," tulis Simon Petterson.
Meski pasar sudah mulai bergeser, Suzuki ternyata masih meyakini performa di atas lintasan akan berbanding lurus dengan penjualan. Dalam laporan tahunan tahun 2021 untuk wilayah Eropa dan Amerika Utara, Suzuki masih menyebut kalau pasar motor performa tinggi akan bisa dikembangkan seiring keberhasilan tim balap mereka.
Asia Tenggara dan Indonesia sebagai Pasar Besar Baru Sepeda Motor
Dilanjutkan Simon Petterson, sebenarnya masih ada hubungan antara performa di atas lintasan dengan penjualan. Namun pasarnya bukan lagi di Eropa dan Amerika Utara, melainkan di Asia Tenggara. Pabrikan-pabrikan Jepang kini menjadikan Asia Tengara, terutama Indonesia, sebagai pasar utamanya. Dan angka penjualan yang besar menjadi buktinya.
Meski di tengah pandemi, Petterson menyebut penjualan motor di Indonesia tetap menembus angka 5 juta pada tahun 2021. "Honda dan Yamaha penjualannya di Indonesua masing-masing mencapai 3.928.788 dan 1.063.866."
Joan Mir dan Alex Rins Foto: AFP/BAY ISMOYO |
Berbeda dengan Eropa dan Amerika Utara yang didominasi motor bermesin besar, di Asia Tenggara justru motor mesin kecil yang mendominasi. Dalam situasi menjadi juara dunia MotoGP, Suzuki disebut Petterson tak bisa memanfaatkan untuk meningkatkan penjualannya.
Suzuki, masih ditulis Petterson, tak pernah membawa pebalapnya ke Indonesia untuk kepentingan promosi. Atau melakukan launching di Indonesia. Padahal (sebelum pandemi) Honda dan Yamaha sering sekali melakukan hal tersebut dan terbukti mendapat apresiasi besar dan fans motor di Indonesia.
"Pada era di mana sukses di dunia balap tak lagi membuat penjualan motor 1000cc di Eropa tapi berubah menjadi menjual jutaan motor commuter 150cc di pasar Asia, Suzuki terlihat sudah ketinggalan tren tersebut. Mereka tertinggal dari rival-rivalnya, dan kehilangan jutaan Yen dari penjualan yang sebenarnya bisa diinvestasikan ke dunia balap," tulis Petterson.
Meski kabarnya keputusan Suzuki mundur dari MotoGP didasari faktor ekonomi, Petterson menyebut Suzuki sebenarnya sama sekali tidak terancam bangkrut. Mereka masih memiliki pasar yang sangat besar di India.
Di India, total penjualan sepeda motor tahun 2021 disebut mencapai angka 15 juta.
Simak Video "Inspirasi Modifikasi buat Mudik! Suzuki XL7 Jadi Camper Van"
[Gambas:Video 20detik]
(din/din)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Suzuki Mundur dari MotoGP: Jadi Juara Dunia Tak Jamin Jualan Motor Bisa Laku - detikOto"
Posting Komentar