Search

Aduh, Baru Segini Populasi Motor Listrik di RI, Tidak Laku? - detikOto

Jakarta -

Pemerintah sudah memiliki target produksi sepeda motor listrik sebanyak 1,76 juta pada 2025. Angka itu bertambah hingga 2,45 juta unit pada 2030. Sekarang sudah berapa banyak populasinya?

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Hari Budianto mengatakan belum memiliki data wholesales (distribusi pabrik ke dealer), sebab anggotanya juga belum menjual motor listrik. Tetapi berdasarkan data SRUT (Sertifikat Registrasi Uji Tipe) sudah 43 merek yang mendaftarkan motor listrik.

"Sampai dengan bulan Juli tanggal 19, kita tekniknya melihat registrasi dari SRUT yang diterbitkan oleh Kemenhub, berdasarkan data kumulatif sampai Juli kemarin itu jumlahnya 19.024 unit," kata Hari saat diskusi virtual dengan Forum Wartawan Otomotif, Kamis (15/9/2022).

"Pertanyaannya berapa sebulan? Tahun lalu kumulatif jumlahnya 12 ribuan sepeda motor. Artinya di bulan ini sampai bulan Juli ada tambahan 7 ribu. Kalau tujuh ribu rata-rata per bulan di-absorb sekitar 1.000 unit per bulan, kira-kira kalau sampai akhir September kira-kira 21 ribu," ujar dia.

Permintaan motor listrik dinilai masih terlalu kecil, seperti diketahui penjualan motor bensin saja per tahunnya bisa mencapai angka rata-rata 6 juta unit. Hal ini juga membuat raksasa sepeda motor masih memantau perkembangan motor listrik di Tanah Air, seperti Honda PCX Electric dan Yamaha E01 baru sebatas diperkenalkan ke publik dan keperluan studi.

"Ada 43 brand yang sudah memasuki pasar motor listrik roda dua di Indonesia. Kalau melihat anggota AISI ada Yamaha, Honda, TVS juga ada. Anggota kita yang belum berarti Kawasaki dan Suzuki," ujar Hari.

Lanjut Hari motor listrik merupakan keniscayaan. Namun di sisi lain seperti hukum ekonomi, produsen juga ingin untung dalam berbisnis.

"Market adaption ini yang terpenting, karena market demand tinggi sapa yang tak mau jualan. Kalau market demand-nya kecil yang jualan udah 43 merek nih tapi demand masih 1.000 per bulan gitu ya, Ada yang untung nggak?" jelas dia.

Permasalahan yang sudah diketahui banyak orang, harga baterai dari motor listrik hampir separuh dari harga motornya. Hal ini yang membuat motor listrik masih tinggi.

"Market adaptionnya masih butuh waktu, nunggu baterainya murah atau nunggu baterai swap yang bisa disewakan tidak masuk hitungan motor misalnya," ujar dia.

"Harga motor listrik masih mahal jadi baterai komponen kontribusi harga 40-an persen dari harga kendaraan itu sendiri. Baterai ini menentukan jadi berat sama jadi mahal karena harga baterai kurang lebih di angka 300 USD per kWH," kata Hari.

Permasalahan yang kedua, pemerintah semestinya memberikan insentif lebih agresif untuk meyakinkan masyarakat bahwa motor listrik bisa lebih murah.

"Memproduksi gampang, menjual tidak gampang. Apa sih problemnya kenapa sepeda motor listrik tidak bisa langsung melejit? Kalau di luar negeri ada subsidinya langsung untuk pemain industri, juga kepada end user si konsumennya," ujar Hari.

"Insentif yang diberikan baru ke arah fiskal, deduction, super deduction tax untuk RnD, super deduction tax untuk pengembangan SDM, tax allowance, tax holiday, kalau konsumen STNK dimurahin 10 persen lebih murah daripada motor bahan bakar, PKB kendaraan maksimal 10 persen daripada penetapan," sambung dia.

Selanjutnya pemerintah harus menjawab keraguan tentang motor listrik. Jika biasanya pakai motor bensin tak perlu pusing mengisi ulang energi, maka hal yang sama juga perlu dilakukan untuk motor listrik.

"Market adaptionnya masih butuh waktu, nunggu baterainya murah atau nunggu baterai swap yang bisa disewakan tidak masuk hitungan motor misalnya," ujar dia.

Simak Video "Harga BBM Naik, Ojol Belum Tertarik Beralih ke Motor Listrik"
[Gambas:Video 20detik]
(riar/lth)

Adblock test (Why?)

Baca Lagi aje https://oto.detik.com/motor/d-6296501/aduh-baru-segini-populasi-motor-listrik-di-ri-tidak-laku

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Aduh, Baru Segini Populasi Motor Listrik di RI, Tidak Laku? - detikOto"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.