Tak cuma sekali, mantan tukang kayu itu kedapatan menggunakan kendaraan roda dua untuk blusukan ke tempat-tempat yang paling pelosok sekalipun.
Jokowi seakan ingin menunjukkan kesahajaannya yang total entah lantaran memang sudah menjadi kebiasaannya atau sebagai caranya agar lebih mudah diterima masyarakat.
Di ujung sana ada yang menyambut baik betapa orang nomor satu di negeri ini masih berkenan mengendarai kendaraan yang selama ini dianggap hanya untuk kaum proletar.
Sementara di seberang mereka justru semakin muak dengan anggapan bahwa pria ini sudah kian berlebihan dalam melakukan pencitraan.
Ada justru yang mempertanyakan apakah itu saran dari konsultan politiknya atau memang inisiatif Jokowi sendiri.
Namun bagi orang-orang yang biasa bertugas di dekatnya, bukan sesuatu yang mudah untuk mengikuti ritme kerja seseorang seperti Jokowi.
Salah satu perangkat kepresidenan yang enggan disebutkan namanya mengatakan dirinya harus benar-benar menjaga stamina untuk mengimbangi kegesitan Sang Presiden.
Standar keamanan yang tak segan diterabas oleh Jokowi menjadikan para petugas "tirai" harus benar-benar waspada saat bertugas.
Termasuk saat memilih kendaraan untuk menjangkau tempat-tempat saat kunjungan kerja, Jokowi terkadang berinisiatif memilih sendiri jenis kendaraannya.
Sesuatu termasuk mobil yang sudah disiapkan kerap kali teronggok percuma ketika Sang Presiden justru memilih sepeda motor.
Pilihan itu kadang membuat para petugas pengamanan merasa hampir "copot" jantungnya.
Hanya Jokowi
Sepanjang sejarah, barangkali hanya Jokowi yang berani mengujicoba dan menggunakan dirinya sebagai alat untuk melakukan politik simbol.
Namun tak bisa disalahkan karena bisa saja ia memilih politik simbol untuk bisa mempertahankan dirinya tetap di hati masyarakat.
Jokowi memilih kendaraan roda dua saat berkunjung ke Sukabumi yang relatif memiliki topografi wilayah yang bergelombang.
Jokowi seperti ingin menghirup langsung aroma masyarakatnya, mencium keringat para buruh tani, hingga pemuda desa yang bertelanjang dada.
Tak pelak apa yang dilakukannya dengan sepeda motor Royal Enfield Bullet 350 cc bergaya chopper miliknya di jalan raya Sukabumi menjadi bahan perbincangan yang sangat viral.
Dampaknya jelas luas, industri sepeda motor sekelas chopper, jaket jeans, hingga sneakers ala Jokowi menjadi bahan buruan.
Berlanjut dalam kunjungannya ke Papua, Jokowi memilih sepeda motor listrik untuk memboncengkan sang istri berkeliling Asmat.
Ia bahkan tak ragu ketika harus menerobos guyuran hujan yang semakin deras di Kota Agats, Asmat.
Momen ini diawali saat cuaca mendung menyelimuti Kota Agats, saat Jokowi dan Iriana meninjau pembangunan 1.000 rumah untuk masyarakat Asmat di Kampung Kayeh.
Jauh sebelum itu, ia juga sudah pernah naik motor saat meninjau jalan di Papua. Namun saat itu, Jokowi menaiki motor trail. Jaraknya sekitar 10 kilometer.
Barangkali itulah politik simbol Jokowi, di satu sisi ia ingin menjadi duta bagi produk-produk yang dikenakannya, di sisi yang lain ia seperti sedang mengolok-olok elit politik yang menjadi lawannya dengan apa yang sedang dilakukannya.
Bentuk dukungan
Kota Agats di Asmat menjadi saksi ketika Jokowi memilih motor listrik untuk berkeliling saat kunjungan kerja.
Saat ditelusuri lebih lanjut, motor listrik yang digunakan Jokowi itu adalah WIM Motor Zero 8i. Bahkan akun Facebook WIM Motor sempat mengunggah foto Jokowi saat menunggangi motor listriknya.
Bukan tanpa alasan rupanya ketika Jokowi memilih menggunakan motor listrik dalam kunjungannya ke Asmat itu. Jokowi ingin setiap langkahnya ada maknanya.
Faktanya, masyarakat di Asmat memang sudah terbiasa menggunakan motor listrik. Bahkan hampir 100 persen motor adalah motor listrik.
Asisten III Setda Kabupaten Asmat, Syamsul Agas membenarkan bahwa 99 persen kendaraan di Asmat menggunakan bahan ramah lingkungan, karena menggunakan motor listrik.
Menurut Syamsul, listrik di Asmat tak hanya untuk penerangan, tapi juga pengisian motor listrik. Bahkan, dia mengklaim, Asmat adalah satu-satunya Kabupaten di Indonesia yang warganya memakai motor listrik.
Motor listrik biasa disebut warga dengan motor cas. Motor listrik disukai masyarakat karena tidak mengeluarkan emisi sehingga menjadi alasan paling bijak untuk tidak menggunakan kendaraan dengan BBM. Orang Asmat juga memakai motor listrik karena anti-polusi udara.
PLN pun mendukung dengan menyediakan lokasi pengisian listrik di kota Agats. SPLU ini dapat mengisi listrik sepeda motor hanya dengan uang Rp5.000. Pemilik kendaraan bisa membeli pulsa listrik dengan harga Rp5.000 kemudian melakukan pengisian di SPLU yang telah tersedia.
Maka motor yang Jokowi gunakan dalam kunjungan kerjanya itu, barangkali memang mengandung maksud dukungannya pada sesuatu yang lebih besar.
Khusus untuk di Kota Agats, pilihan masyarakat pada motor cas artinya resmi didukung oleh Jokowi, Presiden RI ke-7.
Sama seperti Jokowi mendukung UKM konveksi jaket jeans bergambar NKRI yang ia pakai ketika
touring dari kantor Kecamatan Bantar Gadung hingga Pesanggrahan Tenjo, Pantai Pelabuhan Ratu bersama para bikers.
Baca juga: Jokowi "touring" ke Sukabumi bareng klub motor, ini komentarnya
Baca juga: Foto-foto dan video Jokowi bermotor Chopper "touring" di Sukabumi
Oleh Hanni Sofia
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "ARTIKEL - Politik Sepeda Motor Jokowi"
Posting Komentar