KULON PROGO, KOMPAS.com - M Fausta Khansa (11) dan Rafasya Raffa (6), dua anak laki-laki di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tewas akibat luka berat setelah mengalami kecelakaan tunggal.
Fausta mengalami luka di rusuk dan kepala. Pelajar kelas VI di sebuah sekolah dasar di Bendungan ini mengembuskan nafas terakhir setiba di rumah sakit.
Adiknya, Raffa, yang mengalami luka berat pada kepala meninggal di tempat kecelakaan di Pedukuhan Berenan, Bendungan, Wates.
"Bukan ketabrak bukan apa. Mereka pulang karena tidak jadi mengaji karena libur. Kecelakaan tunggal karena jatuh (dari motor)," kata Zainul, kerabat korban yang langsung datang dari Kebumen, Jumat (31/8/2018).
Baca juga: 6 Fakta Kasus Begal Mahasiswi di Bandung, Terjadi Seusai Makan Bakso hingga Korban Meninggal
Fausta, pelajar kelas 6 Sekolah Dasar di Bendungan, dan Raffa berboncengan motor Yamaha Vega dengan nomor polisi AB 4068 TC, Kamis (30/8/2018) sore.
Mereka baru saja pulang dari mengaji lantas mampir ke kerabatnya. Bersama saudaranya yang menggunakan sepeda motor Honda Supra X, mereka berkeliling.
"Biasanya kalau naik sepeda (motor) lewat jalan sini, sekarang memutar. Ngaji libur, kemudian mereka main ke saudaranya dan senang main sepeda sendiri. Pakai motor," kata Warsito Nugroho, kakek dari korban.
Kedua motor melaju cepat dari arah Barat ke Timur. Faustan tak sempurna menguasai motor di sebuah tikungan ke kiri di Dusun Berenan, Desa Bendungan, Wates, Kabupaten Kulon Progo, sekitar pukul 15.00 WIB.
Baca juga: Ridwan Kamil: Begal di Bandung Ditembak di Tempat Saja...
Faustan dan Raffa jatuh dan menabrak dinding selokan. Warga melihat kejadian sigap menolong. Raffa meninggal dunia di tempat dengan luka berat, sedangkan Faustan sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun dia tidak terselamatkan. Keduanya dimakamkan pada Jumat pagi.
Kapolsek Wates Komisaris Suwantah Sasongko mengungkapkan, warga bersaksi bahwa anak-anak ini mengendarai motor dengan kencang. Akibatnya, Faustan tidak mampu mengendalikan motor di sebuah tikungan lantas terjatuh.
"Mungkin waktu naik kendaraan itu sangat banter (cepat). Ia tidak bisa menguasai kendaraannya, sehingga jatuh masuk selokan," kata Sasongko.
Sasongko mengatakan, anak-anak sudah mengemudi motor sebenarnya fenomena wajar di perkampungan. Dia menyayangkan, sikap warga yang membiarkan anak-anak mengendalikan kendaraan.
Baca juga: Bersepeda Motor di Jalan Raya, Dua Bocah SD Tewas Terlindas Truk
Warga mungkin menganggap jalanan sepi di kampung aman bagi anak sehingga masih diperbolehkan mengendarai kendaraan.
Kenyataannya, risiko bagi anak tetap sangat besar. Selain belum cukup usia, anak-anak tentu memiliki keterbatasan dalam mengendalikan kendaraan.
"Biasanya anak-anak di kampung atau desa waton (baru) bisa naik motor, " katanya.
Dia pun mengharapkan masyarakat lebih ketat memberi alat transport bagi anak-anak.
"Agar supaya warga masyarakat anak dan keluarganya supaya mematuhi peraturan berlalu lintas dlm berkendaraan dan selalu mengingatkan pada anaknya yang belum waktunya naik kendaraan bermotor," kata Sasongko.
Baca Lagi aje https://regional.kompas.com/read/2018/08/31/17560541/kakak-beradik-siswa-sd-tewas-jatuh-dari-motor-saat-pulang-mengaji
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kakak Beradik Siswa SD Tewas Jatuh dari Motor Saat Pulang Mengaji"
Posting Komentar