Setelah mengenal bulutangkis dari kegiatan ekstra kurikuler (ekskul) di sekolah dasar, SD St Antonius 1, Jonatan bergabung dengan PB Tangkas Jakarta. Dengan bisa masuk klub itu, Jojo, sapaan karib Jonatan, bisa tinggal di asrama. Tapi, ayah Jojo, Andreas Adi, memutuskan agar Jojo tetap tinggal di rumah.
Waktu itu, Jojo tak benar-benar tinggal di rumah. Dia 'ngungsi' ke rumah nenek yang lebih dekat dengan markas PB Tangkas di Kebon Jeruk. Rumah Jojo ada di Bidara Cina, Jatinegara.
"Waktu saya usia enam tahun, saya tinggal dengan nenek saya karena rumah saya jauh dari klub saya, PB Tangkas. Waktu itu, saya tinggal di rumah nenek bersama papa saya, karena papa saya tidak percaya kalau saya tinggal di asrama. Jadi, saya dan papa pulang ke rumah setiap Sabtu dan Minggu," kata Jojo dalam d'Happening yang ditayangkan detikSport sore ini.
"Dari kecil itu, papa antar jemput naik motor. Mama juga pisah, karena mama tinggal di rumah. Ketemu mama cuma Sabtu dan Minggu selama 12 tahun," ujar dia.
Jauh dari mama dan antar jemput dengan motor bebek oleh sang ayah setiap hari itu membuahkan hasil. Kini, Jojo tak cuma membanggakan kedua orang tua dan neneknya. Jojo mengharumkan nama Indonesia di mata internasional. Jojo membayarnya dengan medali emas Asian Games 2018.
(fem/nds)
Baca Lagi aje https://sport.detik.com/raket/4196806/jonatan-christie-dan-kesetiaan-motor-bebek-ayah
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jonatan Christie dan Kesetiaan Motor Bebek Ayah"
Posting Komentar