TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tak hanya orang berusia tua yang menggemari motor antik dan klasik, namun tren tersebut juga merambah ke kawula muda.
Gempuran berbagai model dan jenis motor terbaru dengan berbagai teknologi yang ditawarkan, tak menyurutkan animo kawula muda untuk menggemari motor klasik dengan segudang sisi unik.
Satu di antara anak muda yang menggemari Motor antik dan klasik ialah Allan Alfian asal Yogyakarta, pemilik motor Jawa Perak 250cc lansiran 1952.
Bagi masyarakat awam, mungkin akan mengira motor satu ini produksi dari Indonesia lantaran menyimpulkan dari namanya yang sama dengan Pulau Jawa.
Baca juga: Ganjar Pranowo Besuk Cak Nun di RSUP Dr Sardjito: Mari Doakan Kesembuhan Beliau
"Padahal motor ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Indonesia," terang Allan, saat berbincang dengan Gaspol 52 Tribun Jogja beberapa waktu lalu.
Namun Allan menjelaskan, Jawa merupakan kepanjangan dari Janecek Wanderer, diambil dari nama penemu atau pembuat pabrik dari motor asal Cekoslowakia, yang sekarang menjadi Republik Ceko.
Allan menceritakan, motor ini merupakan motor klasik kedua yang ia koleksi, setelah BSA Bantam 125 cc lansiran 1953.
Mengendarai BSA Bantam-nya, Allan bahkan telah menempuh jarak sekira 1.036 km, dari Yogyakarta hingga Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
"Lantaran dibekali dapur pacu 125 cc, kecepatannya hanya segitu-segitu saja. Lantas terpikir untuk mencoba motor yang cc-nya lebih besar, naik dari 125cc ke 250cc, jadi Jawa Perak inilah pilihannya. Ingin menjajal sensasi motor tua yang kenceng lajunya itu seperti apa sih," kata Allan, yang menggemari motor klasik lantaran sang kakek juga memiliki hobi serupa.
Berbekal informasi dari seorang temannya, Allan lantas berburu Jawa Perak ini hingga Salatiga, Jawa Tengah. Tak semudah yang ia bayangkan, sebab kebanyakan motor pabrikan Jawa yang beredar di Indonesia ialah tipe Panelka.
"Informasi motor ini saya dapat dari teman, Alhamdulillah nya belum sampai ke marketplace. Jadi harganya belum 'digoreng'," kata Allan.
Selain perawatannya yang mudah serta sparepart-nya yang dapat disubstitusi dari motor lain, menurut Allan, Jawa Perak ini memiliki sejumlah keistimewaan.
"Perawatannya mudah, nggak ribet karena (spare part) banyak kanibalnya, misal untuk seker bisa pakai milik Vespa 200, magnet Suzuki RV, dan karburator bisa pakai Yamaha RX-King," terang Allan.
"Adapun keistimewaannya, pada era 1950-an Jawa Perak ini sudah dibekali indikator netral, sistem kelistrikannya sudah menggunakan tipe DC (Direct Current), sudah pakai aki jadi tergolong maju teknologinya pada masanya. Selain itu, Jawa Perak dibekali kopling basah multi-cakram yang terintegrasi ke dalam gearbox, memungkinkan perpindahan gigi tanpa perlu menarik tuas kopling," lanjutnya.
Baca Lagi aje https://news.google.com/rss/articles/CBMibGh0dHBzOi8vam9namEudHJpYnVubmV3cy5jb20vMjAyMy8wOC8wNS9qYXdhLXBlcmFrLTE5NTItbW90b3IteWFuZy1kaXJhbmNhbmctcmFoYXNpYS1kaS1tYXNhLXBlbmR1ZHVrYW4tbmF6adIBcGh0dHBzOi8vam9namEudHJpYnVubmV3cy5jb20vYW1wLzIwMjMvMDgvMDUvamF3YS1wZXJhay0xOTUyLW1vdG9yLXlhbmctZGlyYW5jYW5nLXJhaGFzaWEtZGktbWFzYS1wZW5kdWR1a2FuLW5hemk?oc=5Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jawa Perak 1952, Motor yang Dirancang Rahasia di Masa Pendudukan Nazi - Tribun Jogja"
Posting Komentar