Motor tanpa suara mesin, masyarakat di Asmat biasanya menyebutnya dengan motor isi ulang, berbahan bakar listrik, pertama kali didatangkan pada 2006 oleh seorang wanita Asal Sulawesi Selatan bernama Erna Sabuddin. Dengan merogok kocek pribadinya, Erna sebenarnya hanya iseng untuk membeli motor listrik di Makassar dan dibawanya ke Agats.
Keberadaan motor listrik sempat diprotes warga. Banyak warga tak menginginkan adanya motor di kota papan kala itu. Tapi, protes hanya sesaat.
Motor yang pertama kali dibeli Erna, diberikan kepada almarhum Muhidin Maddoan, yang saat itu menjabat sebagai Kabag Keuangan Kabupaten Asmat, sebagai kendaraan dinasnya.
Motor listrik itu pun kembali menarik perhatian pejabat di Asmat. Bupati Asmat kala itu, Juvensius A Biakai, minta Erna untuk mendatangkan satu motor kembali, sebagai kendaraan dinasnya.
Alhasil, keberadaan motor listrik menjamur di Asmat. Hal ini karena kondisi geografis wilayah Kabupatan Asmat yang ikut berkembang pesat. Kota yang berdiri di atas rawa, dulunya hanya sebuah kecamatan. Hampir seluruh jalan raya di kota itu terbuat dari papan.
Warga Asmat menjadikan kendaraan ini multi fungsi, salah satunya sebagai ojek dan kendaraan pengangkut barang lainnya.Kendaraan bebas polusi ini memang cocok untuk daerah Asmat. Pertama, karena kondisi jalannya yang terbuat dari beton. Kedua, kecepatannya bisa dikondisikan, sesuai dengan lemah atau tingginya arus listrik yang tersimpan di dalam aki motor.
Karena populernya kendaraan ini, hampir semua pejabat, termasuk Bupati Elisa menggunakan motor listrik, sebagai kendaraan dinasnya.
"Motor ini juga pernah dikendarai oleh Kapolri Tito Karnavian, saat dirinya menjabat sebagai Kapolda Papua," ucap Erna menambahkan.
Catatan Dinas Perhubungan setempat, motor listrik di Agats berkisar 2000-an. Kini, mulai dari ibu rumah tangga dan anak sekolah, banyak yang menggunakan motor listrik di jalan Kota Agats.
Mulyono, salah satu tukang ojek di Agats mengaku membeli motornya pada 2015, seharga Rp20 juta, saat ia baru tiba di Asmat dan diajak keluarganya menetap di Agats.
"Lumayan, satu hari kalau lagi ramai, bisa ngantongi Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta," kata Mulyono yang asli dr Magelang, Jawa Tengah.
Ojek di Agats mematok harga Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu untuk penumpangnya. Uang hasil ojek itu tak lagi dibelikan BBM untuk bahan bakar motornya. Jadi, hasil ojek bisa ditabung atau untuk pemenuhan kebutuhan hidup lainnya.
Baca Lagi aje http://regional.liputan6.com/read/3277109/keunikan-lain-di-asmat-motor-motor-isi-ulangBagikan Berita Ini
0 Response to "Keunikan Lain di Asmat, Motor-Motor Isi Ulang"
Posting Komentar